Tarra (Provinsi Jambi)

Pengantar
Jambi1) adalah salah satu provinsi di Indonesia. Secara astronomis, provinsi yang terletak di pesisir timur bagian tengah pulau Sumatera dengan luas wilayah 5.180,35 km2 ini, berada diantara 1°15’-- 2°2’ Lintang Selatan (LS) dan 102°30'--104°30' Bujur Timur (BT). Sukubangsa Jambi (baca Melayu-Jambi) adalah salah satu sukubangsa yang ada di provinsi ini. Matapencaharian mereka cukup bervariasi, mulai dari bercocok tanam padi di ladang, pegawai negeri (ABRI), sampai ke berdagang. Bahkan, dalam berladang, menangkap ikan, dan berburu, mereka mengembangkan peralatan tersendiri, seperti: tuba akar, taiman, ambat, tangkul, kacar, sukam, lukah, rawe, cemetik, dan takalak. Demikian juga dalam perdagangan, khususnya sebagai pedagang di pasar-pasar tradisional di Kecamatan Muara Jambi (Kabupaten Batanghari), mereka mengembangkan peralatan timbang dan takar, seperti: dacing, gantang, kaleng, cupak, canting, taning dan cucuk. Peralatan tersebut secara keseluruhan, oleh masyarakat setempat, disebut sebagai tarra.

Urian di atas menunjukkan bahwa orang Melayu-Jambi tidak hanya mengenal peralatan yang berkenaan dengan perladangan, penangkapan ikan, dan perburuan binatang, tetapi juga perdagangan. Akan tetapi, tulisan ini hanya akan membahas tentang peralatan timbang dan takar (tarra) dari segi bentuk dan kegunaannya.

Tarra dan Kegunaanya
1. Dacing
Dacing adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat suatu barang. Alat yang terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat suatu barang. Dacing yang kecil berdaya ukur-berat 10 kilogram, sedangkan dacing yang terbesar berdaya ukur-berat maksimal 100 kilogram (1 kwintal).

Pada batang dacing terdapat angka-angka petunjuk volume untuk mengukur berat suatu barang. Bentuknya menyerupai tongkat (bulat panjang), dengan diameter kira-kira 1 cm. Pada bagian tengahnya terdapat gelang atau logam melengkung yang fungsinya sebagai penggantung dacing. Oleh karena tergantung-gantung, maka dacing sering disebut juga dengan istilah “timbangan gantung”. Sedangkan, pada dacing kecil ada piring logam yang tergantung dengan rantai-rantai logam (kuningan) yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung sesuatu (barang) yang akan ditimbang.

2. Gantang
Gantang adalah alat yang digunakan untuk menakar volume beras. Dari segi bahannya, alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kayu yang dijadikan alat ini adalah kayu yang keras tetapi seratnya lembut. Dan, kayu itu oleh masyarakat setempat disebut padero. Kayu tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga berbentuk bulat lonjong dengan tinggi sekitar 1,5 cm dan lebar “mulutnya” berdiameter 10 cm. Sedangkan, gantang yang terbuat dari logam dapat diperoleh dengan mudah karena telah diproduksi oleh pabrik. Gantang logam ini disamping mudah didapat tetapi juga tahan lama. Oleh karena itu, gantang kayu sudah mulai ditinggalkan.

3. Kaleng
Kaleng juga dapat dipakai untuk menakar volume beras. Namun, jarang yang melakukannya. Kebanyakan kaleng dipakai untuk menakar kacang tanah, jagung dan cabe giling. Ukuran kaleng beraneka ragam, namun bentuknya sama, yaitu persegi panjang (kotak). Kaleng yang terbesar kira-kira berukuran 30 x 30 x 50 cm. Cara memperolehnya adalah memanfaatkan kaleng bekas tempat minyak sayur, roti kering, kapur/gamping sirih, atau tempat barang-barang lain yang memakai bahan dari kaleng/seng yang berbentuk kotak.

4. Cupak
Cupak adalah alat yang digunakan untuk menakar atau menentukan volume suatu barang yang berbutir (beras, kedelai, kacang tanah dan lain-lain). Alat ini dibuat dari tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan. Cupak juga sering digunakan untuk mengeluarkan beras dari karung ke gantang, namun beras yang dimasukkan ke dalam cupak ini jumlahnya relatif kecil. Selain untuk alat takar, cupak juga digunakan oleh para ibu rumah tangga untuk mengukur/menakar beras yang akan ditanak.

5. Canting
Canting fungsinya sebenarnya sama dengan cupak, yaitu alat untuk menakar beras. Bedanya, jika cupak terbuat dari tempurung kelapa, maka canting terbuat dari seng (kaleng bekas produk susu). Cara membuatnya adalah dengan memotong salah satu bulatan di ujung kaleng, lalu dibersihkan dan jadilah alat yang disebut sebagai canting. Alat ini dinilai lebih praktis ketimbang cupak. Oleh karena itu, cupak sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.

6. Taning
Taning adalah tali yang terbuat dari ilalang atau kulit bambu yang diikatkan pada buah-buahan yang dipetik dengan tangkainya (rambai, petai, rambutan dan lain-lain). Jadi taning dapat berarti ikat. Contohnya, satu taning rambai berarti satu ikat rambai, satu taning petai berarti satu ikat petai. Dalam satu taning terdiri dari 5--10 tangkai buahan-buahan.

7. Cucuk
Sama seperti taning, cucuk juga merupakan sebuah tali yang terbuat dari rumput/ilalang atau kulit bambu. Namun, cucuk digunakan untuk mengikat ikan dengan cara mencucukkannya ke mulut ikan melalui insangnya. Dalam satu cucuk dapat terdiri dari 4--10 ekor ikan, tergantung dari ukuran ikan yang akan diikat atau dicucuk. Apabila yang akan dicucuk ikan-ikan yang berukuran sebesar telapak tangan, maka satu cucuk dapat untuk 10 ekor ikan. Namun apabila ukurannya dua kali telapak tangan, maka satu cucuk hanya untuk 4--7 ekor ikan. Kalau untuk ikan yang lebih besar lagi, tidak diikat dengan cucuk, tetapi dengan jenis tali lain yang disebut ekok. Satu ekok berarti satu ekor ikan. Sedangkan apabila ukuran ikannya kecil seperti ikan teri dan siluang maka tidak dicucuk atau dijual perekor, melainkan ditumpuk/digelar di atas sehelai tikar atau plastik, cara menakarnya disebut dengan cumpuk. Cumpuk adalah takaran untuk ikan yang jumlahnya sekitar 3--4 genggaman tangan.

Penutup
Hingga tahun 90-an masyarakat Jambi (Melayu-Jambi), khususnya yang hidup di Kecamatan Muara Jambi dan Kabupaten Batanghari masih menggunakan peralatan tradisional, seperti dacing, gantang, kaleng, cupak, canting, taning dan cucuk dalam perdagangan (di pasar tradisional). Peralatan-peralatan tersebut oleh mereka disebut tarra. Bahkan, diataranya (cupak) masih digunakan dalam rumah tangga, yaitu untuk menakar beras yang akan ditanak. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, alat-alat tersebut ada yang sebagian masih digunakan dan ada pula yang mulai ditinggalkan dan diganti dengan alat lain yang lebih praktis (mudah dibuat) dan tahan lama. (Pepeng)

Sumber:
Siregar, J. dkk. 1991. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan di Daerah Jambi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Melalatoa, J. 1995. Ensiklopedi Sukubangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive