Permainan Paka-paka (Maluku)

Paka-paka adalah suatu sebutan bagi orang Jailolo dan Sahu di Propinsi Maluku Utara, Indonesia, untuk permainan melempar gacu ke arah sebuah lubang yang di dalamnya terdapat kenari atau gelici sebagai taruhannya. Pada saat gacu mengenai lubang maka disebut paka karena pemain maupun penonton pada waktu itu akan berteriak paka. Kata paka sebenarnya hanya berhubungan dengan kena atau tidaknya gacu pada taruhan yang ada di dalam lubang. Kata ini mungkin pengaruh dari bahasa Ternate yang mengandung arti “ada dua bagian yang terpisah-pisah, kemudian bagian-bagian itu dapat bertemu”. Bagian yang terpisah adalah gacu dengan kenari atau gelici sebagai taruhannya. Bila keduanya bertemu akan disebut paka. Asal usul permainan ini, baik di kalangan orang Jailolo maupun Sahu sudah tidak dapat diketahui lagi.

Pemain
Permainan paka-paka dapat dimainkan oleh 2--6 orang. Jika yang ingin bermain banyak, maka dapat dibagi dalam dua atau tiga kelompok. Secara umum paka-paka dimainkan oleh kaum lelaki, baik anak-anak maupun dewasa. Kaum perempuan sangat jarang ikut dalam permainan ini.

Tempat dan Peralatan Permainan
Tempat permainan paka-paka dapat dilakukan di mana saja, di halaman rumah, di halaman rumah adat, ataupun di lapangan. Dahulu permainan tan besi hanya dimainkan pada malam hari. Setiap pemain, selain bermain, juga bertugas untuk menjaga lingkungan sekitarnya dari gangguan penjahat yang mungkin akan datang secara tiba-tiba. Namun saat ini, tan besi dapat juga dimainkan pada pagi atau sore hari. Di dalam arena permainan tersebut akan dibuat sebuah lubang yang berdiameter sekitar 5 cm. Kemudian dipasangi sebuah tonggak bambu atau kayu sekitar 17 cm yang nantinya akan ditanam dengan kedalaman 2 cm dan hanya menyisakan 15 cm di atas permukaan tanah. Jarak antara tonggak dan lubang sekitar 10 meter. Sekitar 30 cm (di depan tonggak) akan dibuat garis sebagai batas sah atau tidaknya lemparan pemain. Peralatan dalam permainan paka-paka adalah batu kerikil atau buah gelici yang nantinya akan digunakan sebagai gacu dan buah kenari atau gelici yang nantinya akan dipergunakan sebagai taruhannya.

Aturan dan Proses Permainan
Ada dua tahap dalam permainan paka-paka. Tahap pertama, pemain harus melempar gacunya dari tepi lubang ke arah tombak yang jaraknya sekitar 10 meter. Aturan-aturan yang terdapat dalam tahap pertama ini adalah: (1) bila dalam tahap ini pemain dapat merobohkan tonggak, maka pemain tersebut berhak mendapatkan kenari yang dipertaruhkan dan permainan dimulai kembali seperti semula; (2) apabila pada waktu melempar itu gacunya tidak melewati garis batas di depan tonggak, maka pemain harus kembali melempar; dan (3) bila gacu yang dilempar mengenai gacu lawan, maka lawan tersebut harus kembali melempar. Namun, apabila tidak ada seorang pun pemain yang dapat merobohkan tonggak maka permainan akan berlanjut pada tahap yang kedua. Pada tahap kedua ini, arah lemparan berubah, bukan dari lubang ke tonggak, melainkan dari tonggak ke arah lubang dengan aturan sebagai berikut: (1) bila gacu mengenai kenari atau gelici hingga ada yang keluar dari lubang, maka pemain berhak mengambil semua kenari yang berada di dalam lubang dan permainan diulang seperti semula lagi; (2) bila tidak ada seorang pun pemain yang berhasil mengeluarkan kenari, maka pemain yang jarak gacunya terjauh dari lubang dapat melempar kembali, namun sebelum melempar melangkah terlebih dahulu sebanyak tiga kali; (3) penentuan kalah menang dalam permainan ini adalah bagi siapa yang mendapatkan buah kenari terbanyak akan menjadi pemenangnya. Sementara itu, proses permainannya, setelah membuat lubang dan memasang tonggak adalah menentukan jumlah taruhan untuk satu kali permainan. Setelah taruhan disepakati (berupa kenari, langsat dan lain-lain), barulah kemudian penentuan nomor urut pemain dengan jalan suten atau undi. Selanjutnya permainan akan dimulai dengan urutan seperti aturan-aturan yang telah dijelaskan di atas, dan bagi pemain yang paling banyak memasukkan gacunya, maka ia dinyatakan sebagai pemenang.

Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan tan besi ini adalah kerja keras dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha untuk merobohkan tonggak atau mengenai kenari di dalam lubang agar dapat memenangkan taruhan. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (pepeng)

Sumber:
Suradi Hp, dkk. 1981. Permainan Rakyat Maluku. Ambon: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive