Nukman Helwi Moeleok

Selain Abdoel Moeloek dan Farid Afansa Moeloek, ada seorang lagi keluarga Moeloek yang cukup dikenal oleh masyarakat Lampung Barat, yaitu Nukman Moeloek. Nukman lahir di Liwa pada tanggal 29 Desember 1945 dari pasangan Abdoel Moelok dan Poeti Alam Naisjah. Sang Ayah merupakan dokter asal Padang Panjang, Sumatera Barat, yang pernah mengabdikan diri menjadi dokter bagi rakyat kecil di sekitar tempat tinggalnya di Liwa, sementara isterinya Poeti Alam Naisjah bekerja sebagai guru. Saat menetap di Liwa inilah Nukman lahir. Tidak lama setelahnya (ketika bangsa Indonesia merdeka) Abdoel Moeloek beserta keluarga pindah ke Tanjung Karang untuk menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Tanjung Karang yang sebelumnya dikelola oleh Jepang.

Seperti kata ungkapan "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya", Nukman pun mengikuti jejak Sang Ayah menjadi dokter. Dia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1970. Kemudian, lanjut lagi menempuh gelar masternya dengan kekhususan pada bidang Biologi Reproduksi dan Imunologi (Andrologi) di universitas yang sama. Dan terakhir, dia mendapatkan gelar doktornya juga di universitas yang sama pada tahun 1990 (kabarindonesia.com).

Tidak hanya sukses dalam menempuh pendidikan, Nukman juga sukses dalam karier. Suami dari Devita Astra dan ayah dari Adam Moeloek serta Imam Moeloek ini berhasil meraih gelar Guru Besar dari FKUI dalam bidang Andrologi dan Biologi Kedokteran tahun 1998 serta menjadi Ketua Departemen Biologi Kedokteran FKUI periode 2000-2004 (id.wikipedia.org). Selain aktif mengajar, Nukman juga percah tercatat sebagai WHO Investigator Project dan WHO Steering Committe of Task Force Contraception di Indonesia serta Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi Indonesia. Dia juga aktif dalam beberapa organisasi profesi kedokteran, antara lain: Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI), Perkumpulan Andrologi Indonesia (PANDI), dan International Society of Andrology.

Dedikasinya dalam dunia kedokteran khususnya bidang andrologi membuat Nukman mendapat sejumlah penghargaan, diantaranya: empat kali menerima Penghargaan Karya Ilmiah Terbaik dari Majelah Kedokteran Indonesia; penghargaan dari Dunia Akademik Eropa sebagai pendamping penulis; penghargaan dari Asosiasi Medis Dunia (2005); dan beberapa kali mendapatkan hibah internasional dari WHO, USAID, DAAD, dan lain sebagainya.

Nukman Helwi Moeloek meninggal dunia pada 9 Oktober 2012 pada usia 66 tahun. Sebelum dimakankan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat, jenazah almarhum terlebih dahulu disemayamkan di Lobi Bawah FKUI. Jenazah kemudian dilepas oleh Wakil Dekan FKUI, Prof. Dr. Partiwi P. Sudarmono, SpMK(K) yang dihadiri oleh segenap staf pengajar, karyawan, sahabat, kolega, serta mahasiswa FKUI.

Foto: http://biomedicine.ui.ac.id/?page=news.detail&id=73&lang=id
Sumber:
"Prof. Dr. Dr. Nukman Helwi Moeleok Tutup Usia", diakses dari http://kabarindonesia.com/ berita.php?pil=3&jd=Prof.+Dr.+dr.+Nukman+Helwi+Moeloek+Tutup+Usia&dn=20121013094844, tanggal 14 Agustus 2016.

"Nukman Moeloek" diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Nukman_Moeloek, tanggal 14 Agustus 2016.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive