Permainan Tikungan (Lampung)

Salah satu permainan anak-anak yang lain adalah permainan tikungan, yakni sejenis permainan petak umpet. Tikungan dimainkan secara berkelompok dengan jumlah pemain tak terhingga, biasanya dimainkan oleh empat hingga enam orang. Permainan ini memerlukan tempat yang luas. Oleh karena itu, pekarangan rumah atau tanah lapang sangat cocok untuk permainan tersebut. peralatan yang dipergunakan dalam tikungan adalah pecahan genting yang dibentuk bulat sebanyak 12 buah; dan pecahan genting bulat lain yang lebih besar ukurannya untuk pelemparan.

Permainan diawali dengan memilih penjaga, pemain, sekaligus menentukan urutan pemain yang akan melempar tumpukan genting. Penjaga atau kucingnya menumpuk ke-12 pecahan genting tadi menjadi satu. Pemain urutan pertama melempar tumpukan pecahan genting dari batas garis yang telah ditentukan. Jika lemparannya idak mengenai tumpukan genting, posisinya digantikan pelempar selanjutnya. Jika seorang pelempar dapat melempar tepat pada tumpukan pecahan genting, semua pemain berlairan untuk bersembunyi ke tempat yang sulit diketahui. Sementara pemain bersembunyi, penjaga menumpukkan genting pada tempat yang telah ditentukan.

Setelah itu, penjaga mencari pemain yang bersembunyi. Jika diketahui tempat persembunyiannya, penjaga harus menyebutkan nama orang yang ditemukannya. Lalu, mereka beradu lari menuju tumpukan pecahan genting. Jika pemain lebih dulu sampai ke tempat yang dituju, dia akan menendang tumpukan pecahan genting hingga berantakan. Pemain itu bisa kembali bersembunyi, sementara penjaga sedang menyusun kembali pecahan genting tadi. Dalam hal ini si penjaga kalah. Lain halnya jika si penjaga yang lebuh dahulu sampai, dia akan menyebutkan kata-kata tertentu sambil menginjak pecahan genting untuk pelempar. Ini berarti pemain kalah, ia harus menunggu teman-teman lain tertangkap dengan harapan dapat diselamatkan oleh salah seorang temannya.

Pergantian pemain terjadi setelah semua diketahui tempat persembunyiannya. Pemain yang paling dulu diketahui tempat persembunyiannya harus menempati posisi penjaga berikutnya, menjadi penjaganya, menggantikan penjaga sebelumnya.

Sumber:
Sucipto, Toto, dkk,. 2003. Kebudayaan Masyarakat Lampung di Kabupaten Lampung Timur. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive