Pengobatan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Demikian Wellin yang dikutip Foster dan Anderson (1986).

Konsepsi orang Jawa tentang “sehat” dan “sakit”
Dr. Seno Sastromidjojo (1962) mengatakan bahwa pada hakekatnya tubuh itu tidak berdiri sendiri di tengah alam semesta, melainkan berhubungan erat dengan segala sesuatu di sekitarnya, dapat berupa benda dan atau bersifat spiritual, dapat dikatakan bahwa mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam semesta) merupakan satu kesatuan tunggal. Kesatuan tersebut, mikrokosmos dan makrokosmos itu harus selalu berada dalam keadaan yang seimbang. Jika keseimbangan itu tidak terganggu, maka kita merasa tenang, sehat. Jika keseimbangan tadi terganggu, maka timbullah bentrokan antara yang ada dalam tubuh dengan kekuatan yang ada di luar. Bentrokan ini berakibat manusia menjadi “sakit”.

Menurut orang Jawa, “sehat” adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep raga nututi”, artinya batin berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “waras”. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi ini dikatakan sehat.

Pada saat menjalankan kegiatan mulai terganggu, barulah dikatakan tidak sehat (sakit). Demikian juga persepsi sehat pada anak-anak dikaitkan dengan kemauan makan dan kelincahan atau kegairahan anak untuk bermain, tidak lemah badan. Meskipun anak pilek, batuk-batuk tetapi kalau selalu tetap bergairah makan dan bermain dengan teman-temannya, ia dikatakan “sehat”. Jadi ukuran sehat bagi abak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main.

Sebab dan pengobatannya
Untuk menemukan sebab-sebab suatu penyakit dan penentuan pengobatannya, ada dua konsep yang lazim dipakai dalam masyarakat Jawa, yakni konsep personalistik dan konsep naturalistik.

Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen (perantara) aktif yang dapat berupa makhluk supernaturan (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir, tukang tenung). Di kalangan masyarakat Jawa menyebut penyakit sebagai akibat gangguan faktor supernatural atau personalistik itu sebagai penyakit “ora lumrah” atau “ora sabaene” (tidak wajar atau tidak biasa). Dalam hal ini penyembuhannya berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural, misalnya melakukan upacara dan sesaji. Upacara ini dimaksudkan untuk menetralisir atau membuat keseimbangan agar sebab sakit dapat dikembalikan pada asalnya, sehingga orang tersebut sehat kembali. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebelisan, kelebon, keguna-guna atau digawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya. Biasanya penyembuhan penyakit seperti ini melalui seorang dukun atau “wong tua”.

Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah seseorang yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa Mantra”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Pemberian doa ini dibedakan dua macam, secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung doa dibacakan di hadapan pasien, sedangkan secara tidak langsung doa ditulis pada sehelai kertad lalu dicelupkan pada air dalam gelas kemudian diminum oleh pasien. Cara yang terakhir ini biasanya disebut dengan “dilemari”. Lemari ini bisa dengan cara dioleskan pada bagian tubuh yang sakit (dilomoti).

Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-masing:

  • Dukun Bayi: Khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
  • Dukun Pijat/tulang (sangkal putung): Khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah tulang, jatuh atau salah urat.
  • Dukun Klenik: Khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau “Digawe uwong”.
  • Dukun Mantra: Khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
  • Dukun Hewan: Khusus mengobati hewan.
Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan, racun, bisa, kuman atau kecelakaan. Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab. Oleh masyarakat Jawa hal ini biasa disebut dengan penyakit “Lumrah” atau biasa.

Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan, artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Misalnya orang sakit masuk angin penyembuhannya dengan cara “kerokan” agar angin keluar kembali. Begitu pula penyakit badan dingin atau biasa disebut “drodhok” (mengigil kedinginan), penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan dihangatkan dekat api.

Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan pemberian ramuan atau “djamoni”. Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang dipaur, ditumbuk, setelah itu diminumkan atau dioleskan pada bagian yang sakit.

Pemberian jamu biasanya dilakukan sebagai pertolongan pertama si sakit. Apabila usaha ini tidak berhasil biasanya si sakit dibawa pada seorang dukun, sesuai dengan kepercayaannya dukun mana yang harus didatangi. Misalnya untuk penyakit yang hubungannya dengan tulang seperti reumatik, sakit pinggang, keseleo dan sebagainya, pada umumnya oleh sang dukun diobati dengan bobo beras kencur dan jeruk nipis. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai pelengkap, misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi mantra.

Contoh resep tradisional Sakit Kuning (Lara Kuning)
Penyakit ini menurut tradisi setempat tidak diketahui penyebabnya, namun menurut ilmu kedokteran disebabkan oleh virus.

Cara pengobatan dengan ramuan jamuan tradisional:
  • Temulawak (curcuma manthoriza roxb) segar diparut, diperas dan airnya diminumkan dua kali sehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit gula batu.
  • Kira-kira lima belas iris temulawak kering dan satu sendok the daun meniran disedu dengan air panas satu gelas, diminumkan dua kali sehari satu gelas dengan sedikit gula merah atau gula batu.
  • Air kelapa hijau dengan madu lebah. Satu kelapa cukup untuk satu hari. Daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus, tidak boleh dimakan kelapa yang sudah tua.
  • Pisang emas dimakan bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma), tiga kali sehari, sampai sembuh.
  • Penyakit influenza (Jawa: watuk greges-greges). Penyebab penyakit menurut masyarakat Jawa adalah “angin kasep”. Menurut kedokteran disebabkan oleh virus.

Cara pengobatannya: daun sembung (blumea basamivera D.C) dan daun kaki kuda (hydricityle asiacita linn), masing-masing satu bagian kemudian ditumbuk halus. Kemudian satu sendok the campuran ini disedu dengan air panas satu angkir. Setelah diberi gula dapat diminum tiga kali sehari.

Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive